Tugas pembesaran 2 !
Soal :
1. Berikan alasan mengapa kolam dan kolam/tambak dianggap merupakan
Sistem teknologi budidaya yang mendekati habitat asli di perairan !
2. Berikan alasan mengapa pada kolam air tenang dan kolam air deras
Berbeda dalam hal pengelolaannya terutama dari segi pengelolaan
Pakannya !
3. Bandingkan antara land based aquaculture dan water based aquaculture ?
Berikan contohnya masing-masing !
Jawaban :
1. Kolam dan tambak dianggap sebagai sistem teknologi budidaya yang Mendekati habitat asli di perairan karena cara budidaya seperti ini bisa Dibilang cara tradisional, karena sistem budidaya ini sangat mirip dengan Habitat asli ikan di alam, Seperti tambak, cara ini hanya memanfaatkan perairan yg ada disekitar, seperti sungai, danau, dan lain-lain dan tinggal memasang pembatas berupa harpa.
2.karena Kegiatan pembesaran di kolam air deras hanya dapat menggunakan pakan buatan. Hal ini disebabkan karena pada perairan kolam air deras tidak terjadi proses fotosintesis (produksi primer), sehingga keberadaan pakan alami sangat minim. Kalaupun ada itu hanya yang terbawa masuk ke dalam kolam bersama-sama dengan air kolam. Karena menggunakan pakan buatan semuanya, maka otomatis biaya pakannya relatif tinggi, namun diimbangi dengan pertumbuhan yang relatif cepat dibandingkan dengan ikan yang dibesarkan kolam air tenang.
3.Land base aquaculture adalah budidaya perairan di darat.
Contoh nya : Bak semen, kolam terpal, dan lain-lain.
Sedangkan :
Water based aquaculture adalah budidaya perairan di air.
Contoh nya : Keramba jaring apung
( KJA )
Minggu, 05 April 2020
Tugas pembesaran 1
Tugas pembesaran ikan
Soal :
1. Rancang lah cara pengembangan pengolahan limbah buangan pembesaran ikan !
2. Analisis faktor-faktor pendukung dan pengembangan pasca panen ikan !
Uraian :
1. Rancangan pengembangan Pengolahan limbah buangan pembesaran ikan untuk budidaya
Moina sp. di UPR danau teluk kota jambi
Umumnya budidaya ikan secara intensif dengan peningkatan padat penebaran yang
tinggi dan peningkatan pemakaian pakan buatan yang kaya protein mengakibatkan terjadinya
peningkatan limbah nitrogen toksik dan fosfat. Limbah nitrogen toksik dalam perairan pada
umumnya berasal dari sisa pakan yang tidak termakan dan feses ikan, didalam perairan
limbah nitrogen toksik ini terdapat dalam bentuk ammonia atau nitrat dan nitrit. Menurut
Darmawan, (2010) salah satu permasalahan dalam budidaya intensif adalah air buangan
budidaya yang berdampak pada penurunan kualitas perairan di lingkungan sekitar lokasi
budidaya, karena akumulasi bahan organik dari sisa pakan maupun feses. Limbah fosfat
didalam perairan pada umumnya dalam bentuk ortofosfat (PO4-3
), polifosfat (P2O7), dan
fosfor organik. Didalam perairan terjadi fotoautotrofik, dimana fosfat merupakan salah satu
unsur penting dalam pembentukan fitoplankton. Semakin tinggi proses fotoautotrofik yang
diikuti tingginya kelimpahan klorofil (fitoplankton), maka semakin menurun pula kadar fosfat didalam perairan.
Budidaya memiliki tingkat tropik level rendah dimana pada setiap organisme
memiliki peran yang sama dalam tingkat makan memakan. Dimana seperti ikan lele yang
memiliki sifat karnivora maka akan memanfaatkan makanan yang mengandung unsure
hewani, dan hasil dari dari sisa pakan dan feses dari budidaya lele ini akan dimanfaatkan bakteri perombak sehingga menjadi nitrogen dan fosfat yang akan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan fitoplankton dan fitoplankton akan dimanfaatkan oleh ikan pada tingkat tropik
level lebih rendah yang memiliki sifat herbivora sehingga pada sistem budidaya ini semua
semua organisme saling ketergantungan.
Untuk di UPR danau teluk sendiri kami merancang pemanfaatan air limbah hasil budidaya ikan lele yang banyak mengandung fitoplankton untuk budiya moina sp. Air hasil limbah tersebut merupakan media untuk budidaya moina. Fitoplankton merupakan makanan bagi moina, sehingga air limbah tadi tidak terbuang sia-sia dan dapat digunakan lagi untuk budidaya pakan alami.
Biasanya, air limbah tadi kami pindahkan ke dalam bak fiberglass dan kami masukkan kotoran burung puyuh dan dibiarkan selama 1 hari dengan diberi aerasi. Setelah 1 hari, masukan bibit / biang moina kedalam bak dan tunggu 4-6 hari dan moina siap untuk di panen.
Gambar : pengembangan limbah hasil budidaya ikan untuk budidaya pakan
Alami ( moina sp. )
2. Analisis faktor-faktor pendukung dan pengembangan pasca panen ikan lele
A. Faktor-faktor pendukung :
1) Meningkatkan nilai tambah,
2) Meningkatkan kualitas hasil,
3) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja,
4) Meningkatkan ketrampilan produsen,
5) Meningkatkan pendapatan produsen ( Soekartawi, 1999 ).
Di masa yang akan datang menurut Tawali ( 2005 ) Produk- produk
yang dihasilkan dari sektor pertanian hendaknya mengarah pada
diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan bertujuan untuk menyediakan
berbagai macam produk pangan baik dalam bentuk maupun jenisnya
sehingga banyak pilihan bagi konsumen
B.Pengembangan pasca panen
Lele yang selama ini dikenal sebagai ikan budidaya ternyata dapat dikembangkan menjadi produk olahan seperti Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, Bakso Ikan Lele, kaki Naga Ikan Lele, Abon Lele, Kue Semprong, Biskuit Lele dan masih banyak lagi produk yang lain. Pengolahan ikan lele menjadi produk lain bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan lele tersebut karena tidak semua lapisan masyarakat ingin mengkonsumsi ikan lele dalam keadaan utuh (misalnya pecel lele atau lele goreng). Dengan pertimbangan tersebut di atas dan melihat karakteristik ikan lele maka sangat besar peluang untuk mengembangkan ikan lele menjadi berbagai produk olahan.
Disamping itu diversifikasi olahan lele ini dapat meningkatkan konsumsi protein hewani khususnya ikan bagi masyarakat Indonesia. Salah satu olahan lele yang sangat terkenal adalah Ikan Lele Asap.Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami. Tujuan pengasapan ikan adalah untuk mendapatkan daya awet yang dihasilkan asap serta untuk memberikan aroma yang khas dari asap.
Produk lain yang dapat dibuat dari ikan lele adalah kerupuk. Kerupuk adalah suatu makanan kecil yang bersifat kering, ringan dan porous yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi yang merupakan makanan khas Indonesia dan banyak digemari oleh masyarakat luas. Kerenyahan kerupuk dapat dipengaruhi oleh volume pengembangan kerupuk, sedangkan volume pengembangan kerupuk dapat dipengaruhi oleh kadar amilopektin dan kandungan protein yang terkandung pada bahan.
Gambar : Hasil olahan pengembangan pasca panen ikan lele
(Sumber :
1. eb/index.php/blog/2015/02/teknologi-pengolahan-ikan-lele
2. Pdf pengembangan limbah budidaya ikan
3. Kegiatan di upr danau teluk kota jambi )
Soal :
1. Rancang lah cara pengembangan pengolahan limbah buangan pembesaran ikan !
2. Analisis faktor-faktor pendukung dan pengembangan pasca panen ikan !
Uraian :
1. Rancangan pengembangan Pengolahan limbah buangan pembesaran ikan untuk budidaya
Moina sp. di UPR danau teluk kota jambi
Umumnya budidaya ikan secara intensif dengan peningkatan padat penebaran yang
tinggi dan peningkatan pemakaian pakan buatan yang kaya protein mengakibatkan terjadinya
peningkatan limbah nitrogen toksik dan fosfat. Limbah nitrogen toksik dalam perairan pada
umumnya berasal dari sisa pakan yang tidak termakan dan feses ikan, didalam perairan
limbah nitrogen toksik ini terdapat dalam bentuk ammonia atau nitrat dan nitrit. Menurut
Darmawan, (2010) salah satu permasalahan dalam budidaya intensif adalah air buangan
budidaya yang berdampak pada penurunan kualitas perairan di lingkungan sekitar lokasi
budidaya, karena akumulasi bahan organik dari sisa pakan maupun feses. Limbah fosfat
didalam perairan pada umumnya dalam bentuk ortofosfat (PO4-3
), polifosfat (P2O7), dan
fosfor organik. Didalam perairan terjadi fotoautotrofik, dimana fosfat merupakan salah satu
unsur penting dalam pembentukan fitoplankton. Semakin tinggi proses fotoautotrofik yang
diikuti tingginya kelimpahan klorofil (fitoplankton), maka semakin menurun pula kadar fosfat didalam perairan.
Budidaya memiliki tingkat tropik level rendah dimana pada setiap organisme
memiliki peran yang sama dalam tingkat makan memakan. Dimana seperti ikan lele yang
memiliki sifat karnivora maka akan memanfaatkan makanan yang mengandung unsure
hewani, dan hasil dari dari sisa pakan dan feses dari budidaya lele ini akan dimanfaatkan bakteri perombak sehingga menjadi nitrogen dan fosfat yang akan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan fitoplankton dan fitoplankton akan dimanfaatkan oleh ikan pada tingkat tropik
level lebih rendah yang memiliki sifat herbivora sehingga pada sistem budidaya ini semua
semua organisme saling ketergantungan.
Untuk di UPR danau teluk sendiri kami merancang pemanfaatan air limbah hasil budidaya ikan lele yang banyak mengandung fitoplankton untuk budiya moina sp. Air hasil limbah tersebut merupakan media untuk budidaya moina. Fitoplankton merupakan makanan bagi moina, sehingga air limbah tadi tidak terbuang sia-sia dan dapat digunakan lagi untuk budidaya pakan alami.
Biasanya, air limbah tadi kami pindahkan ke dalam bak fiberglass dan kami masukkan kotoran burung puyuh dan dibiarkan selama 1 hari dengan diberi aerasi. Setelah 1 hari, masukan bibit / biang moina kedalam bak dan tunggu 4-6 hari dan moina siap untuk di panen.
Gambar : pengembangan limbah hasil budidaya ikan untuk budidaya pakan
Alami ( moina sp. )
2. Analisis faktor-faktor pendukung dan pengembangan pasca panen ikan lele
A. Faktor-faktor pendukung :
1) Meningkatkan nilai tambah,
2) Meningkatkan kualitas hasil,
3) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja,
4) Meningkatkan ketrampilan produsen,
5) Meningkatkan pendapatan produsen ( Soekartawi, 1999 ).
Di masa yang akan datang menurut Tawali ( 2005 ) Produk- produk
yang dihasilkan dari sektor pertanian hendaknya mengarah pada
diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan bertujuan untuk menyediakan
berbagai macam produk pangan baik dalam bentuk maupun jenisnya
sehingga banyak pilihan bagi konsumen
B.Pengembangan pasca panen
Lele yang selama ini dikenal sebagai ikan budidaya ternyata dapat dikembangkan menjadi produk olahan seperti Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, Bakso Ikan Lele, kaki Naga Ikan Lele, Abon Lele, Kue Semprong, Biskuit Lele dan masih banyak lagi produk yang lain. Pengolahan ikan lele menjadi produk lain bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan lele tersebut karena tidak semua lapisan masyarakat ingin mengkonsumsi ikan lele dalam keadaan utuh (misalnya pecel lele atau lele goreng). Dengan pertimbangan tersebut di atas dan melihat karakteristik ikan lele maka sangat besar peluang untuk mengembangkan ikan lele menjadi berbagai produk olahan.
Disamping itu diversifikasi olahan lele ini dapat meningkatkan konsumsi protein hewani khususnya ikan bagi masyarakat Indonesia. Salah satu olahan lele yang sangat terkenal adalah Ikan Lele Asap.Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami. Tujuan pengasapan ikan adalah untuk mendapatkan daya awet yang dihasilkan asap serta untuk memberikan aroma yang khas dari asap.
Produk lain yang dapat dibuat dari ikan lele adalah kerupuk. Kerupuk adalah suatu makanan kecil yang bersifat kering, ringan dan porous yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi yang merupakan makanan khas Indonesia dan banyak digemari oleh masyarakat luas. Kerenyahan kerupuk dapat dipengaruhi oleh volume pengembangan kerupuk, sedangkan volume pengembangan kerupuk dapat dipengaruhi oleh kadar amilopektin dan kandungan protein yang terkandung pada bahan.
Gambar : Hasil olahan pengembangan pasca panen ikan lele
(Sumber :
1. eb/index.php/blog/2015/02/teknologi-pengolahan-ikan-lele
2. Pdf pengembangan limbah budidaya ikan
3. Kegiatan di upr danau teluk kota jambi )
Langganan:
Postingan (Atom)